Niatin ajah dulu
Kisah Si Udin dan Jurig Leuweung
"Dinn, tolong pameulikeun umi endog ke kang Asep". teriak lantang seorang wanita paruh baya perkasa bak toa masjid dekat kantor kepala desa. dengan kaget sambil terkentut-kentut udin pun sigap layaknya kopasus yang dikejar-kejar mertua setelah mendengar sinyal titah komando presidennya. umi, ibu udin yang cantik pada masanya pun memberikan beberapa kertas yang kelak akan ditukarkan dengan endog atau yang biasa disebut telor.
Udin adalah anak biasa dan banyak dosa. meskipun demikian, ia selalu ingat kepada sang penciptanya. ia terbilang sangat cerdas dan suka makan beras. dibalik itu semua, udin seringkali dimintai pendapat oleh warga wakanda karna kebijakannya. walau begitu, udin selalu bersyukur dan tidak pernah sombong atas kelebihan akal yang diberikan kepadanya.
di tengah perjalanan, udin dibuat kebingungan hingga terbengong-bengong melihat warga wakanda yang setiap hari bolak-balik ke sebuah leuweung atau hutan. dan hal itu ia seringkali terjadi setiap ia lewat leuweung itu.dengan menahan rasa penasaran, udin pun bergegas berlari trikitik kitik untuk membeli endog untuk menyelesaikan misi yang diemban dari ibunya. dengan kecepatan penuh semangat udin pun akhirnya sampai kerumah dengan membawa telur yang setengah pecah. karna tau akan digebuk ibunya dan rasa penasarannya yang tinggi tentang apa yang ia liat dalam perjalanannya tadi, udin pun kembali bergegas izin sebelum ibunya tau kehebatan udin memecahkan telornya.
setelah sampai di leuweung, udin pun terheran-heran melihat pohon besar yang selama ini menjadi perhatian warga wakanda. di sekelilingnya terdapat banyak sekali sajen, dan beberapa surat permintaan yang isinya memohon harta, tahta bahkan waria. wanita atau pria bre buseet. dengan kecerdasan akalnya ia pun merasa bahwa yang dilakukan warga ini adalah sia-sia. karna pada dasarnya mengirim surat kepada pejabat saja belum tentu dibaca, apalagi ke pohon besar yang tak punya mata. dengan bijak pun akhirnya udin kembali kerumahnya untuk mengambil pentungan sakti pak RT yang diberikan kepadanya dengan niat untuk menebang pohon tersebut. meskipun hanya pentungan, udin membawanya dengan hati-hati karna bukan hanya sakti tapi juga bergerigi, karna pentungan yang dibawa udin adalah gergaji hehe.
dengan semangat serta emosi yang membara demi membela kebenaran, udin langsung menebang pohon yang sempat dipuja-puja warga wakanda. di tengah udin menebang tiba-tiba muncul seekor jurig goreng jatuh dari atas pohon. layaknya eek jatuh ke jamban setan itu pun teriak kesakitan. perawakannya yang besar hampir membuat udin bergoyang-goyang breakdance karna gempa yang disebabkan olehnya.
seketika udin bingung terheran-heran yang kedua kalinya dengan apa yang terjadi barusan. jurig itu pun menatap udin dengan geram dan penuh esmosi. dengan perawakan perut buncit, gigi ompong dengan banyak taringnya, rambut panjang dengan botak tengahnya. udin pun ngakak hingga setan itu pun tambah ngamok dan balik ngejek udin. "woe bocil!! sia ge burik anying". sesaat udin pun berhenti ngakak dan kembali geram sambil bertanya "woe nyed! apa tujuan mneh buat acara beginian, gara-gara mneh warga wakanda bukannya minta ke tuhan penciptanya malah minta pohon jambu monyed eweuh buahan kaya gini!!". jurig pun menjawab "bacod siah anging, gelud we lah dieu!". dengan berbekal pentungan saktinya udin pun meladeninya.
setelah perkelahian sengit. udin akhirnya menang dengan mudah, sedangkan jurig kalah telak. karna sadar bahwa setan burik ini gak bisa menang, ia pun memohon ampun. tapi udin tak menanggapinya, hingga ketika setan hampir dipentung lagi, ia pun memberikan kesepakaatan berdamai dengan memberikan udin pilihan yaitu; jika udin memberikan kesempatan melepaskannya dan membiarkannya tetap melakukan perbuatannya, maka setan itu akan memberikan udin beberapa emas setiap kali udin bangun dari tidurnya di pagi hari. udin yang merupakan anak kurang mampu dan bercita-cita membiayai kehidupan ibunya dengan layak pun tergoda oleh kesepakatan tersebut dan dengan syarat kalau setan burik itu berbohong kepadanya maka tanpa segan si udin akan kembali lagi untuk menebang pohon dan melawan kembali di ronde kedua. dan disini setan pun menyetujuinya.
keesokan harinya, di pagi hari setan itu menepati janjinya. setiap kali udin bangun dibawah bantalnya terdapat emas murni yang akan dijadikannya biaya untuk membantu ibunya. akan tetapi setelah selang beberapa minggu. udin pun bangun di pagi hari dan tak mendapati satu pun emas seperti yang dijanjikan setan burik itu kepadanya. ia pun geram dan esmosi hingga akhirnya kembali bergegas berlari trikitik kitik ke dalam leuweung untuk kembali menantang iblis serta menebang pohonnya sesuai dengan kesepakatan yang dibuatnya dulu.
ketika kembali ke hutan tanpa basa basi karna udin bukan nasi. ia pun menebang kembali pohon itu. sama seperti dironde pertama jurig itu pun muncul. akan tetapi kali ini kemunculannya berbeda. seperti halnya main petak umpet, tiba-tiba ia muncul didepan muka si udin, "bakekok muehehe!!". udin yang terjumpscre pun terkentut-kentut kaget melihat bengeut burik si jurig. "oe bocil, wani pisan siah balik dei". ujar setan. "uy jurig siah ngawadul jang aing, hayu lanjut ronde kadua". tantang udin. setan pun meladeninya. tapi ternyata kali ini setan terlihat lebih keker dan sispek dari sebelumnya, entah si udin pun kewalahan dan kalah telak. "uy setan!, kenapa kamu sekarang leuwih keker? nge-Gym dmna sia teh?". tanya udin. jurig pun tertawa sambil ngejek."woe cil! jelek jelek gini aing ge berakal bloug. boro-boro nge-Gym mau nyari barbel dimana da inimah dileuweung cok!". udin yang tadinya bingung pun semakin bingung diam seperti suara rakyat yang tak didengar aparat."trus gimana caranya sia bisa menang lawan aing. padahal dironde pertama mneh tergedik gedik ku aing?." tanya udin. "muehehehe, aing teh eleh kemarin karna waktu itu sia punya niat kuat buat membela kebenaran ngalahin aing. karna itu kemarin aing lemah kewalahan ngadepin sia. sedangkan sekarang niat maneh atos beda deui jang nu kemarin yang mana maneh kesini nantang aing karna niat maneh bukan untuk membela kebenaran melainkan meminta kekayaan, maka dari itu sekarang kamu teu boga sama sekali tekad kekuatan buat ngelehkeun aing muehehe".
dan demikian akhirnya disini udin pun sadar bahwasanya apa yang dilakukan tergantung dengan apa yang diniatkan. ketika niatnya baik maka hasilnya akan baik meskipun prosesnya terlihat sulit. begitu pula kebalikannya ketika niatnya buruk maka hasilnya akan juga buruk meskipun sangat terlihat mudah ketika melakukannya.
Komentar
Posting Komentar